jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk melestarikan subak

Penetapanyang dilakukan oleh UNESCO mengenai subak sendiri, dilakukan pada sidang UNESCO yang saat itu digelar di St. Petersburg, Rusia. Hal ini dikarenakan, sistem subak memiliki ciri khas keunikannya yaitu berupa pengaturan irigasi yang dianggap adil bagi masing-masing pemilik sawah. 12. Sekaten (sumber: nasional.republika.co.id) Berikutini, sejumla contoh kearifan lokal yang hingga saat ini masih hidup di tengah masyarakat Provinsi Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. 1. Contoh Kearifan Lokal di Bali Sebagai salah satu daerah penghasil padi yang produktif, Bali memiliki sistem irigasi kuno untuk mengairi sawah mereka, yang disebut dengan Subak. SEJARAHBali berasal dari kata "Bal" dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik. Pelestarianlingkungan hidup bertujuan untuk memelihara alam supaya tetap terjaga, tidak rusak, serta menjaga makhluk hidup lain yang bergantung pada alam, yaitu hewan-hewan di alam bebas. Sekarang kita akan menyimak mengenai contoh interaksi manusia dengan lingkungan alam yang berdampak positif dan merupakan upaya melestarikan alam. Hirukpikuk Program Padat Karya Tunai (PKT) tampak terlihat di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Seperti di dua desa yaitu Singakerta dan Sayan. Hiruk pikuk Pourquoi Un Homme Marié S Inscrit Site De Rencontre. DENPASAR - Beras adalah pangan utama bagi penduduk Indonesia, sehingga petani seharusnya memiliki bargaining power dalam pembentukan harga beras. Petani, baik padi atau sawah, merupakan way of life bagi masyarakat Indonesia, dan masyarakat Bali pada khususnya. Subak Pulagan, Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar, sebagai salah satu komponen dari lanskap subak yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia WBA. Demikian presentasi promopenda Ni Nyoman Reni Suasih SIP MSi saat menjalani ujian terbuka Program Doktor S3, Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana di Gedung Lantai III Pascasarjana Universitas Udayana, di Denpasar, Rabu 28/9/2016, yang didampingi promotor Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP dan ko-promotor I, Dr I Nyoman Mahendra Yasa SE MSi dan ko-Promotor II, Dr Ida Ayu Nyoman Saskara SE MSi saat mempresentasikan desertasi yang berjudul Analisis Determinan Kesejahteraan Petani Studi Kasus di Subak Pulagan Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini bertujuan selain untuk syarat program studi S-3, juga mengangkat tentang melestarikan subak sebagai warisan budaya dan kearifan lokal dan bagaimana peran pemerintah, baik swasta maupun daerah, bersama-sama menjaga kearifan lokal yang ada di Gianyar, apalagi subak Pulagan yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Salah satu upaya adalah menjaga segala struktur kearifan lokal dari sinergi inovasi dan teknologi, sehingga kearifan lokal tetap terjaga secara utuh. Ni Nyoman Reni Suasih mengawali karirnya dari pendidikan S1 Jurusan Manajemen Keuangan Daerah, Institut Pemerintahan Dalam Negeri IPDN angkatan 2006-2009 berlanjut ke S2 Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana angkatan 2010-2012 dan kini Nyoman Reni Suasih sudah menyelesaikan program studi S3 dengan predikat cumlaude yang dinyatakan langsung oleh ketua Ujian Terbuka Program Pascasarjana Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP. Dengan dinobatkan sebagai lulusan terbaik program Doktor S3 Universitas Udayana, Sekretaris Daerah Gianyar, Drs Ida Bagus Gaga Adisaputra MSi berharap agar Reni mampu mengemban tugas dan mampu memanfaatkan gelarnya sebagai Doktor dan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga kearifan lokal tetap terjaga, khususnya subak Pulagan di Daerah Gianyar yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Selain itu, Reni yang sudah menyandang gelar Doktor juga berharap peran pemerintah dan masyarakat, khususnya petani, agar mampu bersinergi untuk membangun pertanian secara berkelanjutan, dan perlu adanya komunikasi secara efektif dari pemerintah daerah maupun pusat, agar tetap memperhatikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Sehingga kearifan lokal tidak punah dan sebaiknya peran teknologi dan inovasi yang ditawarkan kepada petani di suatu wilayah agar disesuaikan dengan suatu wilayah dan harus diperlukan sinergisitas dengan kearifan lokal yang disesuaikan dengan budaya di suatu daerah. "Modernisasi tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya kearifan lokal yang merupakan napas dari masyarakat Bali sendiri. Jadi sinergisitas antara teknologi yang inovatif harus disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah, khususnya Bali sebagai daerah pariwisata, sehingga kearifan lokal, khususnya subak, bisa bertahan di zaman modernisasi," ujar Dr Ni Nyoman Reni Suasih, SIP MSi usai persidangan. * Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui Like fanpage >>> Follow >>> Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - Neliti. LIHAT SEMUA Jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah Bali untuk melestarikan subak. Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - Neliti. Table of Contents Show Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - NelitiTop 2 Jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah Bali untuk melestarikan ...Top 3 Cara Pelestarian Subak Di Bali PDF - ScribdTop 4 Top 10 jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk ...Top 5 Melestarikan Subak sebagai Warisan Dunia - 6 Memperkuat Budaya Subak Upaya Mensejahterakan MasyarakatTop 7 Bagaimana usaha yang dilakukan Pemuda Bali dalam ... - BrainlyTop 8 Quizzzzzzzz jawab ya yang bener jangan ngasal Jelaskan mengenai ...Top 9 Pariwisata sebagai Wahana Pelestarian Subak, dan ... - OJS UnudTop 10 Analisis Kelestarian Subak Pasca Ditetapkan Menjadi Warisan ... Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - Neliti Pengarang - 182 Peringkat Hasil pencarian yang cocok oleh W SUDARTA Dirujuk 3 kali — Upaya pelestarian subak di Bali sudah lama menjadi wacana para pemerhati ... pemerintah dan swasta juga sangat diperlukan dalam membantu melestarikan subak,. ... Top 2 Jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah Bali untuk melestarikan ... Pengarang - 179 Peringkat Ringkasan LIHAT SEMUA Jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah Bali untuk melestarikan subak Struktur Organisasi Subak. Pengurus [Prajuru] Subak terdiri dari.Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - Neliti Pengarang - Peringkat 182Hasil pencarian yang cocokoleh W SUDARTA Dirujuk 5 kali — Upaya pelestarian subak di Bali sudah lama menjadi wacana para pemerhati ... pemerintah dan swasta juga sangat diperlukan dalam membantu melestarikan subak,.. Top 2 Quizzzzzzzz jawab ya y Hasil pencarian yang cocok Museum Subak — Top 3 Sistem irigasi Subak Bali, Indonesia, metode pengairan sawah… Top 4 Cara Pelestarian Subak Di Bali PDF - Scribd; Top 5 ... ... Top 3 Cara Pelestarian Subak Di Bali PDF - Scribd Pengarang - 117 Peringkat Hasil pencarian yang cocok Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pelestarian subak. di Bali, yaitu melalui Green Tourism. Membatasi alih fungsi lahan. ... Top 4 Top 10 jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk ... Pengarang - 181 Peringkat Ringkasan Struktur Organisasi Subak. Pengurus Prajuru Subak terdiri dari.Top 1 Upaya Pelestarian Subak di Perkotaan - NelitiPengarang - Peringkat182Hasil pencarian yang cocokoleh W SUDARTA Dirujuk 5 kali — Upaya pelestarian subak di Bali sudah lama menjadi wacana para pemerhati ... pemerintah dan swasta juga sangat diperlukan dalam membantu melestarikan subak,..Top 2 Quizzzzzzzz jawab ya yang bener jangan ngasal Jelaskan mengenai ...Pengarang - Peringkat103Ring Hasil pencarian yang cocok Top 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Subak sebagai . — B. Peran Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam Melestarikan Nilai-nilai. ... ... Top 5 Melestarikan Subak sebagai Warisan Dunia - Pengarang - 122 Peringkat Ringkasan Sistem Subak merupakan bagian dari sistem pertanian tradisional. Bentang lahan subak yang telah bertahan sejak berabad silam adalah wujud warisan budaya yang senantiasa hidup di Pulau Bali. Namun, kerisauan ahli pertanian dari Universitas Udayana atas kondisi alih lahan pertanian yang mengacam eksistensi area persawahan subak di Bali, sangat bisa dipahami. Apalagi, sawah dengan sistem subak telah menjadi Warisan Dunia. Kita patut berbangga bahwa subak telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia. Dam Hasil pencarian yang cocok 2 Mei 2019 — Sistem Subak merupakan bagian dari sistem pertanian tradisional. ... yang pernah lama tinggal di Bali, kami juga berharap pemerintah daerah ... ... Top 6 Memperkuat Budaya Subak Upaya Mensejahterakan Masyarakat Pengarang - 153 Peringkat Ringkasan Dr Gede Sedana, DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali semakin mendorong pembangunan yang memihak kepada masyarakat, khususnya melalui lembaga desa adat. Bahkan, Gubernur Bali telah mencanangkan bahwa akan memberikan bantuan dana sebesar Rp 300 juta untuk setiap desa adat pada tahun 2020.. “Kondisi ini secara nyata telah menunjukkan adanya komitmen yang sangat tinggi dari Gubernur untuk terus meningkatkan upayanya di dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan warga masyaraka Hasil pencarian yang cocok 21 Nov 2019 — Dr Gede Sedana, DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali semakin mendorong pembangunan yang memihak kepada masyarakat, ... ... Top 7 Bagaimana usaha yang dilakukan Pemuda Bali dalam ... - Brainly Pengarang - 98 Peringkat Ringkasan . nama benda depannya u​ . sebutkan aspek persamaan dan perbedaan dari Indonesia dan Agama!​ Analisalah apa yang dimaksud dengan pernyataan “ semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain”???!?. … !​ apa syarat permukaan bumi disebut sebagai ruang geografis​ . sebutkan bab-bab 'Sejarah' IPS semester 1 dan 2 kelas 10!​ . Qzaman logam dibagi menjadi tiga zaman yaitu​ . S Hasil pencarian yang cocok Subak merupakan salah satu bentuk implementasi kebudayaan lokal di bidang pertanian. Pada dasarnya, sistem ini menggunakan pertanian yang ... ... Top 8 Quizzzzzzzz jawab ya yang bener jangan ngasal Jelaskan mengenai ... Pengarang - 103 Peringkat Ringkasan . Tulis kan langkah menemukan arti kata KBBI cetak! ​ . bikin,pidato tentang menjaga pandangan,klo ada dalil nya atau haditsnya tlng di latin in dan artinya jga​ . ceritakan dalam bentuk paragraf!bagaimana penanaman pendidikan karakter di rumah?​ . QUIZZTuliskan ide pokok dalam paragraf 1 paragraf 2 paragraf 3 paragraf 4 paragraf 5​ . QUUIZ bajasa Indonesia[tex]lihat \ fotonya \ yah[/tex]​ . Anita memiliki banyak sahabat pena, hobinya Hasil pencarian yang cocok Jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah Bali untuk melestarikan subak! Apa yang dimaksud organisasi? Jelaskan tujuan adanya peraturan ... ... Top 9 Pariwisata sebagai Wahana Pelestarian Subak, dan ... - OJS Unud Pengarang - 135 Peringkat Hasil pencarian yang cocok oleh IG Pitana Dirujuk 8 kali — Subak merupakan salah satu pilar penyangga kebudayaan. Bali ... laju pertumbuhan ekonomi daerah Bali, mendorong upaya ... dan pemerintah daerah Bali. ... Top 10 Analisis Kelestarian Subak Pasca Ditetapkan Menjadi Warisan ... Pengarang - 156 Peringkat Hasil pencarian yang cocok oleh M Mas' ad 2019 Dirujuk 1 kali — lahan di wilayah pertanian subak, meningkatkan perhatian pemerintah ... mengenai pentingnya subak bagi kebudayaan Bali kepada masyarakat maupun wisatawan. ... › Generasi muda berperan penting dalam pelestarian subak, yang menjadi warisan budaya dunia di Bali. Subak juga terancam minimnya perhatian dan minat kalangan usia muda terjun ke pertanian. OlehCOKORDA YUDISTIRA M PUTRA 4 menit baca KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri, kanan meninjau aktivitas generasi muda di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, saat menghadiri acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali, Senin 13/12/2012. Turut mendampingi, di antaranya, Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh berdiri, tengah.KARANGASEM, KOMPAS — Generasi muda berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan subak sebagai warisan budaya dan tradisi yang sarat nilai kearifan lokal. Selain derasnya alih fungsi lahan dan persaingan pasokan air, keberadaan subak sebagai sistem tata kelola irigasi tradisional di Bali semakin terancam karena minimnya perhatian dan minat kalangan muda terjun ke sektor pertanian, termasuk subak, juga sekretaris tim penyusunan proposal warisan budaya dunia WBD subak, I Wayan Windia, mengatakan, eksistensi subak di Bali mengalami tekanan dan ancaman dari berbagai sisi. Subak sebagai warisan budaya yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 Masehi tergerus jumlah dan luas lahannya. ”Subak termarjinalisasi. Lahan sawah banyak dialihfungsikan akibat hegemoni kapitalisme,” kata Windia, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Wira Bhakti Denpasar ketika ditemui di Selat, Karangasem, Bali, Senin 13/12/2021.Senada Windia, Rektor Universitas Dwijendra Denpasar I Gede Sedana, mengatakan, subak di Bali menghadapi tantangan yang kompleks. Regenerasi petani minim, sementara petani krama warga subak menua, pasokan air yang terbatas, dan derasnya alih fungsi lahan sawah menjadi persoalan selain masih adanya pelabelan petani miskin. Sedikit generasi usia muda yang memperhatikan pertanian. ”Pertanian perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur,” kata Sedana di Karangasem, Senin 13/12/2021.Baca juga ”Kartu Kuning” Warisan Dunia di IndonesiaKOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyerahkan sertifikat kepada perwakilan peserta Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh kiri mendampingi Artha pakar subak itu ditemui dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali yang dilangsungkan di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, merupakan kegiatan sekolah lapangan yang diinisiasi dan difasilitasi Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI dan diselenggarakan bersama Yayasan Bali Kuna Santi dan Yayasan Arsari dalam upaya pelestarian pusaka budaya dunia, termasuk juga Polandia Bantu Budidaya Sistem Akuaponik di BaliBIFSS tahun ketujuh yang diselenggarakan sejak Sabtu 11/12/2021 sampai Senin 13/12/2021 diikuti 15 peserta secara langsung di luar jaringan/luring dan sejumlah peserta dari kalangan akademisi yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk dari Jepang. Adapun ke-15 peserta secara luring itu tidak hanya dari Bali, namun juga dari luar daerah perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur SedanaDari siaran pers BPPI, Direktur Eksekutif BPPI M Hasbiansyah Zulfahri menyebutkan, BIFSS 2021 bertemakan “The Role of Youth in Building Sustainable and Resilient Subak”, atau peran generasi muda dalam kelestarian dan ketahanan subak, dan bertujuan menjadi wadah dan kesempatan bagi generasi muda untuk menjawab tantangan yang dihadapi YUDISTIRA Aktivitas petani di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, ketika didokumentasikan pada Senin 13/12/2021. Sistem tata kelola pertanian irigasi tradisional di Bali dikenal sebagai juga Subak dan Petani Mendesak DiselamatkanSementara itu, dalam konferensi pers secara virtual mengenai kajian pendahuluan tentang residu pestisida pada sayuran segar di Denpasar, Senin 13/12, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI Sudaryatmo menyebutkan, kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian juga dipengaruhi masih timpangnya pendapatan petani yang mempengaruhi kesejahteraan petani. “Secara eksisting, usia petani di Indonesia banyak di atas 40 tahun,” kata Sudaryatmo secara duniaAdapun subak di Bali diakui sebagai warisan budaya dunia WBD dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO sejak 2012. Secara fisik, subak adalah sistem irigasi pengairan sawah di Bali. Subak juga mengandung sistem budaya dan adat yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana atau hubungan selaras dan harmonis tiga sumber pokok kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri memberikan sambutan dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Dalam acara penutupan BIFSS 2021 di Karangasem, Senin 13/12/2021, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyatakan, subak mencerminkan nilai kearifan lokal Bali. Artha Dipa mengakui, keberadaan subak mengalami keterancaman, di antaranya terjadinya alih fungsi lahan sawah, ancaman gagal panen akibat serangan hama ataupun bencana alam, dan minimnya regenerasi juga Keberadaan Subak Bali Harus Dipertahankan”Peran aktif dari generasi muda diperlukan demi mempertahankan subak,” kata Artha Dipa ketika memberikan pidato sambutannya dalam acara penutupan BIFSS 2021.”Saya menyambut baik kegiatan Bali International Field School for Subak di Karangasem. Kegiatan ini akan memberi pengalaman baru dan pengenalan terhadap subak,” Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh, BIFSS yang diinisasi mulai 2015 diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai subak. Peserta dikenalkan dengan subak melalui pemaparan para ahli dan pengalaman langsung di lapangan sehingga memahami konsep subak sebagai manifestasi nilai Tri Hita lanjut, Artha Dipa menyatakan subak penting dilestarikan. Selain karena mengandung nilai budaya, tradisi, dan adat, subak juga penting demi menjamin ketahanan pangan karena pertanian merupakan sumber produksi pangan. ”Ke depannya, subak memerlukan pengembangan teknologi, tetapi tanpa menghilangkan roh subak sebagai kearifan lokal Bali,” Sri Kumoro Petani beraktivitas di sawah berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali. Organisasi pengairan tradisional "subak" di Bali hingga kini masih menjadi yang terbaik di antara sistem pertanian yang ada di Indonesia maupun di berbagai negara dalam mengintensifkan pembangunan sektor budidaya tanaman. Sebagai sebuah sistem yang berwatak sosio-kultural, subak telah berkembang dan mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat sekitarnya. Berbagai perubahan yang terjadi adalah sebuah proses transformasi sistem irigasi, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan di lingkungan sekitarnya. Subak mulai dicatat keberadaannya pada abad XI, yakni pada tahun 1072, atau 393 tahun setelah sistem pertanian mulai ditemukan di Bali, tutur Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS. Pria kelahiran Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, 15 Desember 1949 atau kini berusia 64 tahun itu menjelaskan, sepanjang kurun waktu tersebut, subak terus mengalami proses transformasi. Subak pada awal pembentukannya hanya berperan mengelola sistem irigasi agar mampu memberikan pelayanan yang adil bagi anggotanya yang terdiri para petani. Namun sesuai perkembangan sosio-kultural yang terjadi pada masyarakat sekitarnya, maka subak melakukan kegiatan pembangunan tempat suci untuk persembahyangan dalam kawasannya, seperti Pura Bedugul. Selain itu juga melakukan kegiatan ritual, mengangkat pemangku atau pemimpin upacara ritual di pura subak, sekaligus mengambil peran dalam proses pembangunan pertanian serta melakukan berbagai perubahan dalam struktur organisasinya. Hal penting lainnya melakukan penyesuaian kewenangan pengelolaan pada "palemahan" fisik subak serta menjalankan proses interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Prof Windia yang juga merangkap Sekretaris Tim Penyusunan Proposal Warisan Budaya Dunia Subak di Bali dan telah disetujui UNESCO sebagai "WBD" itu menjelaskan, proses transformasi yang terjadi pada subak akibat pengaruh yang kuat dari para pemimpin pemerintahan. Demikian pula pada zaman kerajaan mengalami transformasi karena pengaruh para raja, dan sekarang pada sistem pemerintahan nasional, kebijakan para pemimpin itu juga mampu mempengaruhi keberadaan subak. Para raja berpengaruh terhadap pelaksanaan aktivitas ritual subak agar sepadan dengan kegiatan di kalangan masyarakat desa. Demikian pula kebijakan pemerintah nasional juga terlihat mulai berpengaruh pada sistem pengelolaan subak. "Kebijakan pemerintah yang paling baru, yang akan berpengaruh pada subak adalah kelahiran UU tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, dan PP tahun 2006 tentang Irigasi," tutur Prof Windia, guru besar Fakultas Pertanian Unud. Peran raja di Bali mendorong subak melakukan kegiatan ritual sehingga organisasi itu berkembang menjadi suatu sistem irigasi yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan fungsi sistem pengairan secara umum. Sementara itu, menurut standar Ditjen Pengairan Kementerian Pekerjaan Umum, subak juga sebagai lembaga yang sepadan dengan sistem irigasi. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa jaringan irigasi subak sesungguhnya telah merupakan sistem irigasi menurut standar perencanaan irigasi KP-01/1986 yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pengairan, Kementerian Pekerjaan Umum. Penuhi empat unsur Prof Windia menilai, subak telah memenuhi keempat unsur fungsi pokok seperti tertuang dalam standar irigasi yang ditetapkan pemerintah. Meskipun demikian sistem irigasi subak belum dapat dikategorikan ke dalam irigasi teknis, mengingat kesederhanaan konstruksinya. Pada umumnya konstruksi yang tersedia masih dalam keadaan darurat, belum memerhatikan persyaratan kelayakan teknis dan non teknis bangunan. Namun demikian, sistem irigasi subak telah terbukti efektif mendistribusikan air secara adil bagi para petani anggotanya. Subak di Bali juga berfungsi untuk melakukan kegiatan ritual sehingga merupakan sebuah kegiatan budaya. Fungsi itu justru dianggap penting, karena merupakan kegiatan perekat persatuan dan kesatuan dalam organisasi subak. "Mereka para petani juga direkatkan oleh adanya kepentingan pada air secara bersama-sama, sehingga persatuan yang terjadi pada subak, tidak saja disebabkan karena faktor fisikal, namun juga spiritual," ujar Prof Windia. Di masa yang akan akan datang, di mana permasalahan air akan semakin komplek tidak dapat dipecahkan karena pendekatan fisik, namun harus dibantu pemecahannya melalui budaya, seperti spiritual. Masalah subak semakin komplek terkait dengan kemunculan UU tahun 2004. Dalam UU itu, muncul Pasal 7 yang memuat tentang Hak Guna Usaha Air disamping pasal tentang Hak Guna Air, yang diperuntukkan bagi petani yang memungkinkan adanya hak investor untuk mengelola dan mengusahakan air. Selain itu juga muncul Pasal 13 yang memuat tentang eksistensi Dewan Sumberdaya Air. Selanjutnya dalam PP tahun 2006 muncul pula Pasal 9 yang memuat tentang Komisi Irigasi. "Masalahnya adalah, apa upaya yang harus dilakukan, agar subak di Bali dapat diberdayakan. Dengan demikian, maka subak dapat berperan secara positif dalam lembaga Dewan Sumberdaya Air dan Komisi Irigasi. Kalau hal itu dapat diupayakan, maka subak akan mampu berperan melakukan dialog saling menguntungkan, apabila ada pihak swasta yang berniat melakukan investasi dalam pengelolaan air, sesuai amanat UU tahun 2004," tutur Prof Windia. Salah satu kelemahan sistem irigasi berlandaskan sosio-kultural, seperti halnya subak, adalah ketidakmampuannya untuk melawan intervensi yang datang dari eksternal. Sebaliknya memiliki kekuatan menyangkut kemampuan untuk mengabsorbsi perkembangan teknologi yang berkembang di sekitarnya, beradaptasi dengan dinamika budaya, menata organisasinya yang bersifat fleksibel. Jika kekuatan subak dapat diberdayakan, maka organisasi tradisional itu diharapkan mampu menghadapi berbagai kebijakan yang mungkin dapat merugikannya. Dengan demikian keberadaan subak di Bali akan dapat berlanjut dan berkesinambungan di masa mendatang, harap Prof Windia. WRA Apa yang paling dikenal orang jika kita menyebut Bali? Selain pantainya yang indah, maka kultur budayanya yang kaya. Itu pula yang membuat Bali menjadi daerah tujuan wisata paling banyak dikunjungi di Indonesia, bahkan masuk 20 destinasi wisata terfavorit di dunia. Dunia pun turut mengakuinya. Google Doodle dalam edisi 29 Juni 2020 menampilkan gambar seorang petani tengah duduk di sebuah pondok, matanya mengarah ke hamparan sawah yang hijau. Disertai tagline “Merayakan Warisan Budaya, Subak”. Mengapa Subak dianggap menjadi warisan yang diakui oleh dunia? Sebagai sistem tradisional pengairan sawah yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali, Subak mengakomodasikan dinamika sosio-teknis masyarakat setempat. Sistem irigasi ini mencakup lahan-lahan di teras pegunungan untuk mengatur pengairan lahan persawahan. Kontur tanah pegunungan di Bali memang membuat irigasi sangat sulit, ditambah lagi dengan populasi yang padat. Maka sumber daya air harus dikelola dengan prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, harmoni dan kebersamaan, didistribusikan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Dengan penggabungan semua unsur-unsur tersebut, petani Bali berhasil mengelola pertanian padi paling efisien di nusantara. Dilansir dari Historia, keterangan tertulis mengenai praktik bertani masyarakat Bali kali pertama ditemukan dalam Prasasti Sukawarna yang bertarikh 882 Çaka Era Çaka dimulai pada tahun 78 Masehi. Di dalam prasasti itu ada kata huma’, yang mana kala itu lazim digunakan untuk menyebut ladang berpindah. Kemudian pada Prasasti Trunyan yang bertarikh 891 Çaka, tertulis kata “serdanu” yang berarti kepala urusan air danau. Sejarah Subak Bali juga tercatat dalam Prasasti Bebetin 896 Çaka dan Prasasti Batuan 1022 Çaka. Pada dua prasasti itu dijelaskan ada kelompok pekerja khusus sawah di Bali, keahlian mereka adalah membuat terowongan air. Bukti-bukti arkeologis tersebut menunjukkan masyarakat Bali telah mengenal sebentuk cara mengelola irigasi pada sekitar abad ke-10. Dalam penyelenggaraan Sistem Subak, Pengurus Subak berpedoman pada hukum adat yang diwariskan oleh leluhur mereka. Hukum Adat Subak disusun berdasarkan ajaran Tri Hita Karana, diartikan sebagai “Tiga hal yang sebabkan kesejahteraan”. Ketiga penyebab kesejahteraan tersebut adalah hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis dengan sesama manusia, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Baca juga Menikmati Kemewahan Sawah dan Refleksi Ancamannya di Jatiluwih Subak adalah warisan budaya Bali yang diakui oleh dunia. Sebagai adalah model pengaturan tradisional untuk pengairan lahan persawahan. Foto Anton Muhajir/Mongabay Indonesia Bagaimana Sistem Subak Bekerja Sistem Subak Bali bekerja dengan memakai metode irigasi kontinyu dan bergilir. Dalam Sistem Subak, para petani diorganisir dan dibagi dalam dua atau tiga kelompok persawahan. Setiap kelompok persawahan menerima distribusi air irigasi yang adil. Apabila wilayah subak di bagi dalam dua kelompok persawahan Kelompok I dan Kelompok II misalnya, maka pada musim hujan musim tanam pertama/MT I kedua kelompok menerima air irigasi. Sedangkan pada musim kemarau MT II, untuk kelompok I menanam padi dan kelompok II menanam palawija. Kemudian pada MT III, kelompok I menanam palawija dan kelompok II menanam padi. Itulah contoh praktik dari metode bergilir dalam bahasa setempat disebut nugel bumbung. Apabila persawahan dibagi dalam tiga kelompok maka pada musim hujan semua kelompok menerima air irigasi, tetapi pada musim kemarau kelompok hulu persawahan di bagian hulu berhak menerima air yang pertama, kemudian pada musim tanam selanjutnya digeser ke kelompok di bagian tengah, dan terakhir digeser kekelompok hilir. Secara total Bali memiliki sekitar penampung air dan antara 50 dan 400 petani mengelola persediaan air dari satu sumber air. Petani masih menanam padi tradisional Bali tanpa bantuan pupuk atau pestisida, di mana lansekap secara keseluruhan dianggap memiliki konotasi suci. Di dalam alam kosmos masyarakat Bali terdapat lima situs yang menampilkan komponen utama alam, agama, dan budaya yang saling berhubungan dari sistem tradisional, di mana sistem subak masih berfungsi penuh. Situs-situs tersebut adalah Kuil Air Tertinggi Pura Ulun Danu Batur di tepi Danau Batur yang danau kawahnya dianggap sebagai asal mula dari setiap mata air dan sungai. Kemudian Bentang Alam Subak di Daerah Aliran Sungai Pakerisan, sistem irigasi tertua yang diketahui di Bali. Ada pula Lanskap Catur Angga Batukaru dengan teras yang disebutkan dalam prasasti abad ke-10 menjadikannya salah satu yang tertua di Bali dan contoh utama arsitektur candi Bali klasik. Dan selanjutnya, Kuil Air Pura Taman Ayun, ini yang paling besar dan memiliki bentuk arsitektural yang unik. Properti ini sepenuhnya mencakup atribut-atribut utama dari sistem Subak dan dampak mendalam yang dimilikinya terhadap lanskap Bali. Proses-proses yang membentuk bentang alam, dalam bentuk pertanian irigasi bertingkat yang dikelola oleh sistem Subak, masih bertahan selama ribuan tahun. Daerah pertanian ditanami secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat dan persediaan air mereka dikelola secara demokratis. Tak ayal, UNESCO sendiri telah memasukkan Subak sebagai salah satu warisan budaya dunia. Baca juga Nasib Jatiluwih setelah Menjadi Warisan Budaya Dunia Subak di Bali menghadapi banyak ancaman termasuk alih fungsi lahan dan rusaknya saluran irigasi. Foto Anton Muhajir/Mongabay Indonesia Tantangan Pelestarian Subak Subak dewasa ini memiliki tantangan yang berat. Sebagaimana masalah konservasi pada umumnya, yaitu pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, julam penduduk Bali masih jiwa. Pada tahun 2000, penduduk Bali telah bertambah menjadi jiwa. Sensus terakhir di tahu 2010 menunjukkan penduduk bali telah mencapai jiwa. Dari pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam ini tentu lahan per kapita kian menyempit. Selain itu masalah terkini dari keberlanjutan Warisan Budaya Dunia itu ialah adanya hal-hal baru yang lebih menjanjikan di mata masyarakat dibanting mengolah lahan pertanian, sehingga terjadilah alih fungsi lahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terlihat bahwa luas lahan sawah di Bali sedikit demi sedikit kemudian mulai beralih fungsi dan menyusut. Pada tahun 2003, luas lahan sawah di Bali ada hektar menjadi hektar di tahun 2017. Luas lahan sawah banyak yang bertransformasi menjadi pemukiman, bangunan industri, dan tempat wisata, serta fungsi lain yang dianggap oleh masyarakat lebih menjanjikan dari sisi pendapatan Masih menurut data Badan Pusat Statistik, produksi padi di Bali pada 2019 diperkirakan sebesar ton Gabah Kering Giling GKG atau mengalami penurunan sebanyak ton sekitar 13,15 persen dibandingkan tahun 2018. Jika produksi padi pada tahun 2019 dikonversikan, produksi beras di Bali pada 2019 sebesar ton atau mengalami penurunan sebanyak ton atau 13,15 persen dibandingkan tahun 2018. Ketika lahan beralih fungsi, apalagi dengan penggunaan di luar pertanian, penggunaan sistem subak lambat-laun akan terkikis. Pemerintah harusnya mewujudkan kedaulatan pangan bukan sekedar visi dan misi belaka. Misi itu harus diaplikasikan dalam kebijakan yang pro terhadap petani, terutama yang menghasilkan bahan pangan kita ini. Petani harus sejahtera hidupnya, sehingga generasi-generasi muda tidak merasa malu untuk bercita-cita menjadi petani. * Tri Wahyuni, penulis adalah pemerhati masalah lingkungan hidup; Peneliti di Institute for Population and National Security. Artikel ini adalah opini penulis *** Foto utama Pengaturan tata ruang pertanian berupa terasering Subak mengikuti pola tanah yang membuatnya indah di Jatiluwih, Tabanan, Bali. Foto Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh

jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk melestarikan subak